Powered By Blogger

Kamis, 31 Maret 2011

DONGENG TENTANG ULAH PANGERAN BALBOA

<a href=http://sarikata.com/  ><img src=http://sarikata.com/wp-content/uploads/2011/03/lomba-menulis-cerita-anak-sarikata.jpg  /></a>

Rakyat Negeri Pams gelisah. Sudah dua hari ini beredar paket buku ke seluruh rumah. Kalau dibuka, buku tersebut berlubang bagian tengahnya dan berisi botol parfum. Lalu kau buka tutupnya, maka tutupnya akan hangus. Aneh bukan?! Tidak berhenti sampai di sini, teman. Dari lubang botol perfum yang sangat kecil, keluar asap. Seperti gas. Atau... entahlah. Tidak ada yang tahu apakah itu gas, asap atau serbuk sesuatu. Yang pasti setelah asap itu keluar, maka semua penghuni rumah akan merasakan matanya perih. Lantas menangis. Kemudian bersin-bersin.
Padahal, Negeri Pams sedang bersedih. Pangeran Balboa menghilang sejak sebulan yang lalu. Putra mahkota kerajaan tidak dapat terdeteksi di mana berada. Semua mesin pendeteksi sudah dihidupkan. Raja Fred juga sudah menanyakan keberadaan Pangeran Balboa kepada Kaca Benggala. Sayangnya, usaha itu nihil. Tidak ada yang bisa memberi tahu di mana Pangeran Balboa berada. Akhirnya, semua dianggap berlalu. Raja dan Ratu sudah menyerah. Apalagi, Dokter Kerajaan menyatakan bahwa Ratu sedang hamil. Kembalilah Negeri Pams bersuka cita.
Tapi, hal itu tidak berlangsung lama. Teror paket buku membuat seluruh penghuni Negeri Pams resah. Tidak ada yang tahu dari mana asal paket buku tersebut. Keamanan Kerajaanpun kewalahan. Sebab, mereka juga tidak luput dari kiriman paket buku. Tidak terkecuali para penghuni Kerajaan Negeri Pams. Raja dan Ratu juga begitu. Meskipun sudah dijaga ketat, asap berbahaya itu tercium juga.
Hei! Tunggu dulu, ada yang bebas dari asap itu. Lihatlah! Ada seorang anak kecil di sebuah gudang Kerajaan. Di sampingnya banyak tumpukan buku, botol-botol parfum, selotip, gunting, pisau lipat, berkarung-karung merica dan cabe! Lho?!
Anak kecil tersebut tidak lain adalah Pangeran Balboa. Putra Mahkota Kerajaan yang katanya hilang. Pangeran Balboa sedang sibuk di depan komputernya. Wah! Perhatikan. Komputer itu terhubung dengan pipa-pipa kecil. Sedangkan ujung pipa-pipa itu diselipkan di antara genting. Salah satu ujung pipa lainnya terhubung pada sebuah tabung gas.
Pangeran Balboa sangat sibuk. Sebentar dia memperhatikan layar komputernya, sebentar kemudian pandangannya beralih pada tabung gas di tengah ruangan.
”Sempurna!” gumam Pangeran Balboa.
Kemudian Pangeran Balboa menekan tombol ”Enter”. Tidak lama dari tabung gas keluar asap yang sebenarnya adalah serbuk merica dan cabe. Asap tersebut dengan cepat keluar melalui pipa-pipa yang diselipkan di genting gudang.
Alhasil, asap yang keluar dari pipa Pangeran Balboa bercampur dengan udara. Itu artinya penyakit menangis dan bersin-bersin penghuni Negeri Pams akan tambah parah. Hem... ada yang tahu kenapa Pangeran Balboa berbuat demikian?
###
Raja dan Ratu heran. Teror buku sudah berhenti. Sayangnya, penyakit menangis dan bersin-bersin penghuni Negeri Pmas belum juga selesai. Malah tambah parah. Di mana-mana terlihat penghuni Negeri Pams yang bersin dan menangis. Mata mereka sembab.
”Hatchiy! Maaf, Tuan. Udara Negeri Pams tercemar. Oleh karena itu penyakit menangis dan bersin-bersin belum bisa disembuhkan,” terang Patih Bento.
”Apakah ada kejelasan bakteri apakah yang mencemari udara kita?” tanya Raja Fred.
”Mohon maaf, Paduka. Hatchiy! Campuran antara merica dan cabe.”
Penjelasan Patih Bento membuat Raja Fred semakin tidak bisa tidur malam ini. Raja sangat khawatir terhadap keadaan rakyatnya. Apalagi, Sang Permaisuri sedang hamil.
”Pasti ada tempat, hatchiy! penyimpanan merica dan cabe.”
Raja Fred kembali berpikir.
”Ah! Sebelum menghilang, hatchiy! Balboa sempat membeli berkarung-karung merica dan cabe,” gumam Raja Fred. Sang Raja ingat laporan salah seorang pengawal. Apa mungkin ini semua ulah Pangeran Balboa? Berarti Pangeran Balboa masih hidup.
“Kalau mesin pendeteksi tidak bisa menemukan Balboa. Aku sendiri harus menyusuri seluruh tempat di Negeri Pams!” tekad Raja Fred.
Esoknya dengan ditemani dua pengawal kerajaan, Raja Fred memulai pencariannya di sekitar Kerajaan. Tidak lupa Raja Fred membawa mesin pendeteksi sidik jari.
Nihil. Raja Fred tidak menyerah. Mereka kemudian berkeliling ke semua desa di wilayah Negeri Pams.
Ternyata sampai sorepun, Raja Fred tidak menemukan Pangeran Balboa. Mereka kembali ke Kerajaan dengan tangan hampa.
Eit! Tanpa mereka sadari, mereka berjalan di samping gudang Kerajaan. Udara di sana terasa semakin membuat mata perih.
”Hatchiy!!!” hampir bersamaan suara bersin Raja dan dua pengawalnya.
”Prang!”
Tiba-tiba terdengar suara barang pecah. Raja dan dua pengawalnya terkejut. Mereka saling pandang. Setelah melewati jembatan kecil, mereka kemudian mengendap-endap menuju pintu gudang.
”Tuing-tuing...!” mesin pendeteksi sidik jari yang dibawa oleh Raja Fred berbunyi.
Raja tersenyum. Pasti Pangeran Balboa sedang berada di dalam gudang. Kenapa baru terpikirkan sekarang? Mana mungkin mesin pendeteksi bisa mengetahui keberadaan Pangeran Balboa. Lha wong, gudang terletak jauh dari kerajaan. Tepatnya di kelilingi kali.
”Hatchiy!!!”
”Buuk kaay, bas!” Raja Fred membaca mantra untuk membuka pintu gudang.
Betapa terkejutnya Raja Fred melihat Pangeran Balboa. Pangeran Balboa pun tidak kalah terperanjatnya.
”Jadi, semua ini, hatchiy! ulahmu, Putra Mahkota?” gertak Raja Fred.
Pangeran Balboa menatap Raja Fred tajam. ”Ya, Ayahanda!”
”Kenapa Putra Mahkota tidak menangis dan bersin-bersin?” bisik Pengawal Raja Fred kepada temannya.
”Ananda meminum penangkal buatan Ananda sendiri!” jawab Pangeran Balboa. Pangeran mempunyai kelebihan indera pendengarannya sangat tajam.
”Siapa yang membantu Putra Mahkota mengantarkan teror pakekt buku?” selidik Raja Fred.
”Menggunakan ini!” jawab Pangeran Balboa mengeluarkan tongkat ajaibnya.
”Hatchiy! Sekarang juga hentikan asap merica dan cabai buatanmu!”
Pangeran Balboa menggeleng. Tangannya menunjuk ke arah komputer.
”Ananda lupa kode untuk menutup lubang pada ujung tabung,” ujar Pangeran Balboa. Raja Fred geram.
Raja Fred mengayunkan tongkat sihirnya, ”Tuupi reypatta!!”
Tidak berhasil.
”Kalau begitu Putra Mahkota harus dihukum pasung! Hatchiy!” tunding Raja Fred.
Pangeran Balboa menghela nafas.
”Bawa dia!!!”
###
Seluruh peghuni Kerajaan Pams sangat sedih mendengar Pangeran Balboa akan dihukum pasung di tengah alun-alun kota. Sebab, penyakit menangis dan bersin-bersin adalah ulah Pangeran Balboa yang sangat memalukan. Terlebih Sang Permaisuri.
Berkali-kali Ratu meminta Raja Fred memaafkan ulah Pangeran Balboa. Sayang, tidak digubris. Sebab, Pangeran Balboa tetap tidak mau memberikan kode penutupnya.
Seluruh penghuni Negeri Pams sudah berkumpul di alun-alun kota. Suara bersin-bersin terdengar sahut-menyahut. Seperti ada festival musik bersin.
Pangeran Balboa digiring menuju altar alun-alun. Siap dihukum pasung.
”Ananda ingin mengatakan sesuatu sebelum Ananda dipasung di tempat ini,” pinta Pangeran Balboa.
Raja Fred dengan angkuhnya mengangguk. Raja Fred benar-benar kecewa dan malu dengan perbuatan Putra Mahkota Kerajaan.
”Negeri kita terkenal dengan Negeri Sukacita. Semua penghuni tertawa gembira setiap hari. Yang mempunyai masalah, lima menit pasti sudah ada solusi. Negeri ini negeri cerdas. Semua penghuninya sekolah.”
Suara Pangeran Balboa terdengar lantang.
”Apakah ada yang tahu, kenapa Putra Mahkota kalian berbuat ulah?” tanya Pangeran Balboa. Semua yang hadir menggeleng. Termasuk Raja Fred.
”Putra Mahkota kalian menghilang selama sebulan. Dia sedang berpetualang dengan handycamnya.”
Pangeran Balboa mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya. VCD!
Dengan sigap pengawal kerajaan mengambil laptop, proyektor dan sebuah LCD.
VCD milik Pangeran Balboa diputar dan ditonton oleh seluruh penghuni Negeri Pams.
Sebuah tayangan yang sangat menyedihkan. Penghuninya kurus kering. Ada yang jalannya pincang. Anak-anak kecil yang hanya bercelana pendek. Kulit mereka hitam legam. Mereka mandi di sungai dan di kali. Makanan mereka singkong dan jagung. Tidak ada yang memasak menggunakan kompor ataupun kompor gas. Tapi, tungku. Air yang mereka minum adalah air dari pancuran. Bukan air dari galon ataupun dispenser. Ada yang sakit, diobati sekadarnya. Lama kemudian si Sakit mati. Di akhir tayangan tertulis: Negeri yang Dilupakan!
”Di mana tempat ini, anakku?” tanya Raja Fred terharu. Tayangan itu betul-betul menyedihkan.
”Kalian angkuh! Aku membuat asap merica dan cabai hanya ingin membuat kalian sadar. Kita mempunyai saudara yang menderita nun jauh di pelosok desa sana...” Pangeran Balboa tetap bersuara lantang.
Raja Fred sadar. Dia memang tidak pernah menyusuri pelosok desa dan hutan-hutan yang ada di Negeri Pams.
”Anakku, hatchiy! Ayahanda minta maaf. Mari kita temui mereka. Ayahanda ingin meminta maaf sebab sudah menelantarkan mereka. Hatchiy!” pinta Raja Fred.
”Kami minta maaf, Pangeran...” serentak penghuni Negeri Pams meminta maaf. Pangeran Balboa tersenyum. Dalam hati dia berdoa, semoga mereka benar-benar sadar dan mau membantu yang membutuhkan.
Lalu, Pangeran Balboa mengacungkan tongkat ajaibnya ke atas langit.
”Say tea o’ jhanium!!!”
Hujan turun. Buru-buru para pengawal menyelamatkan laptop, proyektor dan LCD.
”Kalian harus mandi air hujan ini. Besok sakit kalian akan sembuh!”
Tanpa berbicara lagi Pangeran Balboa melesat pergi. Dia harus segera menutup lubang tabung di dalam gudang.

2 komentar:

  1. Pangeran Balboa.. jadi inget Rocky Balboa.. Btw, pangeran yang satu ini canggih.. gak gaptek

    BalasHapus
  2. jangan kelamaan pangeran! :D

    BalasHapus